loading...

Sebuah Cerita......

JIKA Anda berada di posisi seperti saya, Anda pasti akan mengambil keputusan yang sama, seperti saya.



Screenshot-screenshot di atas barusan itu semua, adalah notifikasi ter-update yang masih dikirimkan newsletter JobStreet Indonesia ke e-mail saya, sejak saya masih di Jakarta. Dan pekerjaan-pekerjaan di atas mengingatkan ketika saya masih di Jakarta beberapa tahun lalu tatkala… usia saya masih kepala dua.

Rasanya benar-benar happy bisa wira-wiri setiap hari di bilangan Thamrin dan building GI, dengan kemeja wangi dan pantofel rapi—bahkan sesekali disupiri langsung oleh pemilik perusahaan itu sendiri! Berjalan melangkah dengan mengenakan exclusive lanyard (kalung) personal-identity, meeting bisnis di Sampoerna Strategic Square setiap pagi sembari menyeruput kopi.

Dan itu semua saya nikmati ketika Jakarta di bawah kepemimpinan Gubernur satu ini—yang dikafir-kafiri mayoritas umat muslim di negeri ini.

Punya pemimpin yang disiplin ketat dengan kebijakannya yang zero-tolerance itu membuat saya ketularan.

"…Njir ini yang non-muslim saja disiplin keras beneran, menghargai waktu beneran, mau kerja sampai malam beneran, plus mempunyai kemampuan budgeting-management yang excellent dan menawan, gue yang muslim terdidik jelas enggak boleh kalah menunjukkan kemampuan".

Dan, dimulailah agenda transformasi perubahan dan perbaikan, hingga dalam waktu hitungan bulan saya mampu meraih pencapaian-pencapaian yang bahkan sebelumnya saya sendiri pun tidak pernah membayangkan.

Enak sekali menjadi seorang muslim ketika mendayagunakan segenap akal anugerah pemberian Tuhan. Gara-gara saya tidak mau kalah dari seorang pemimpin yang beda iman, tertantang dan kemudian berupaya lebih keras memperdalam lebih banyak lagi ilmu dan mengasah lebih tajam lagi segala keahlian, Allah akhirnya memudahkan jalan untuk saya naik dari jabatan staff menjadi pimpinan.

Aneka tawaran berdatangan, mulai dari pekerjaan dengan tanggung-jawab yang lebih besar dengan gaji yang lebih mengagumkan, hingga berkali-kali tawaran pernikahan untuk tidak sekedar memperkuat tali ikatan bisnis tetapi juga memperkokoh tali kekeluargaan. Semuanya terjadi ketika ayat Al-Qur'an diterapkan:

"…Dan tiada bagi seorang manusia kecuali apa yang ia USAHAKAN." (Al-Qur'an surah An-Najm ayat tiga puluh sembilan).

Rekan-rekan muslim saya yang menghabiskan energinya, yang menghabiskan waktunya, yang menghabiskan umurnya, dengan mencaci-maki dan mencerca Basuki Tjahaja Purnama—yang bahkan sudah menjalani hukuman penjara, mereka, hidupnya, masih begitu-begitu saja. Tidak ada perbaikan dan perubahan nyata.

Sungguh miris bagi saya, tatkala Al-Qur'an sebagai kitab petunjuk dan pedoman hidupnya, tidak dipakai di kehidupan nyata, cuma sekedar jadi pajangan dan alat ujaran kebencian semata, bukan untuk memperbaiki kehidupan diri dan keluarga.


PEKERJAAN-PEKERJAAN DENGAN GAJI TINGGI SEMUANYA ADA DI JAKARTA.

Tawaran-tawaran pekerjaan dengan high-salary dari sana, masih berdatangan ke e-mail pribadi saya.

Namun saya sudah tidak memiliki hasrat dan semangat lagi untuk tinggal di kota Jakarta, yang pemandangan di kanan kiri apartemen hanya bangunan raksasa dan hanya bangunan raksasa… Sumpek tau ngga.

…Dan saya lebih memilih mendinginkan kepala di tempat yang lebih sejuk tenang dan menyenangkan mata, di dataran Puncak bernama Villa Kota Bunga.

Lihat pemandangan berikut ini oleh Anda… Di sinilah saya tinggal dengan sentosa.

Sejuk dingin adem dengan alam yang menenangkan, plus kualitas udara yang bersih dan bebas dari segala polutan.

Dari tempat seperti ini saya dimampukan Yang Kuasa menghasilkan 6 kali lipat nominal salary yang ditawarkan di screenshots lowongan-lowongan kerja di atas dalam 1 bulan.

Tanpa perlu politik kantor, dan tanpa perlu menghadapi segala konflik berikut intrik kotor, dengan sesama jajaran manajerial kantor.


Jadi, bayangkan Anda ditawari pekerjaan dengan gaji, kisaran Rp10,000,000 hingga Rp20,000,000 atau lebih tinggi lagi…

…namun di saat yang sama hari ini, ternyata Anda sudah sanggup menghasilkan angka tersebut tanpa harus setiap hari ke kantor lagi, dan bahkan menghasilkan 6 kali lipat dari angka-angka tersebut sembari Anda kerjanya hanya ongkang-ongkang kaki di rumah setiap hari…

…apakah Anda masih akan menerima tawaran pekerjaan tersebut hari ini?

Pasti, 100% Anda TIDAK akan sudi menerima pekerjaan lagi sama sekali.

Lantas sekarang bagaimana caranya menghasilkan penghasilan tinggi, dengan tanpa bekerja mengandalkan gaji bulanan lagi?


“HAVE NO CEILINGS” SELAMA DI DUNIA

Itulah rahasianya.

"Have no ceilings itu artinya tidak punya atap ya, Mas Erlangga? Bisa dijelaskan maknanya?"

Misal Anda sekarang bekerja dengan gaji Rp5 juta. Itulah ceilings alias atap alias batas rezeki finansial Anda; 5 JUTA SAJA—jika Anda hanya mengandalkan satu pekerjaan dengan gaji bulanan itu saja.

Maka logikanya, apabila kita mau punya rezeki yang tidak terbatas angkanya, dobrak lepaskan atap Anda tersebut secepatnya.

Sehingga, rezeki finansial Anda tidak mentok lagi di angka Rp5 juta.

Caranya?

Dari zaman ke zaman, rahasia penciptaan kekayaan finansial itu ada pada "creating demand", alias kemampuan Anda menciptakan… permintaan; Anda (produk atau jasa Anda) diinginkan.


Misal Anda punya keahlian membuat donat lezat.

Hari ini ada 100 peminat. Besoknya karena viral jadi langsung ada 500 peminat. Lusanya lagi karena efek viralnya makin hebat, jumlah pesanan donat maknyus Anda menjadi 2,400 peminat. Usai lusanya pesanan makin meningkat menjadi 8,000 peminat—membuat Anda kelimpungan berat karena tiap 1 peminat meminta 10 donat, berarti total 80,000 donat yang harus Anda buat. Setiap hari tanpa telat.

Dan o ya, harga 1 donat lezat Anda adalah Rp2.000 rupiah saja. Kalikan 80,000 donat per harinya…

…dalam 1 bulan Anda akan kaya raya tidak coba saya tanya? Sudah tidak perlu ditanya, sebab atap batas rezeki finansial Anda sudah tidak ada.

Berbeda halnya jika Anda menjeruji diri dalam brankas rezeki yang Anda patok sendiri tiap bulan 5 juta.

Anda mau nangis sampai ngesot-ngesot pun rezeki tiap bulan Anda ya tetap hanya 5 juta, dan tidak akan pernah sebesar rezeki teman Anda yang setiap hari melayani permintaan 80,000 donat dari mana-mana.

Masuk akal, ya?


APAKAH KALAU BEGITU SAYA HARUS KELUAR KERJA SAJA MAS TRIS?

Minggat dari tempat kerja dengan tanpa income (penghasilan) sampingan yang sudah terbukti melampaui gaji bulanan dengan lebih manis, jelas merupakan keputusan yang tidak taktis dan tidak strategis.

Teruslah bekerja di tempat Anda saat ini bekerja. Dan sepulang jam kerja, alokasikanlah waktu 2 sampai 3 jam untuk mengasah keahlian yang akan memampukan Anda dibayar belasan juta, hingga puluhan juta, tiap bulannya.

Sesudah terbukti penghasilan sampingan Anda menghasilkan uang lebih besar secara nyata dibanding gaji bulanan Anda, barulah Anda silakan minggat angkat kaki dari pabrik/kantor/tempat Anda bekerja.

Tentu resign-nya harus dengan cara yang terhormat dan baik-baik ya, jangan asal minggat begitu saja.


GAJI BELUM PERNAH NAIK?

Jika misalkan salary Anda belum pernah naik, maka lakukan cara-cara praktis yang akan bisa membuat gaji Anda naik.

SUSAH DITERIMA KERJA?

Jika kasusnya adalah Anda selama ini selalu susah diterima kerja, maka STRATEGI dan CARA "KENALANNYA" Anda yang harus diubah setotal-totalnya.

Seumur hidup hanya 1 kali saya menulis surat lamaran kerja tanpa strategi. Hasilnya luar biasa sekali, saya tidak dipanggil sama sekali.

Dan begitu saya menerapkan apa yang saya dapatkan (sebuah ilmu-ilham brilian dari Tuhan), 2 kali saya mengirimkan surat lamaran, 2 kali itu pula saya dipanggil langsung untuk interview dalam waktu kurang dari 24 jam sejak saya submit-mengirimkan lamaran—yang terakhir malah saya langsung ditelfon dalam waktu 15 menit usai mengirim e-mail lamaran.

Sisanya metode ini saya terapkan untuk teman-teman lama saya yang masih belum mendapatkan pekerjaan.

Hal yang paling mengesankan, adalah ketika surat lamaran itu kita kirimkan, dan sudah menggunung surat lamaran dari kandidat lain di meja penerimaan lamaran, sekira 25 menit usai kita pulang tiba-tiba telfon si teman langsung berbunyi menerima panggilan: "bisa wawancara sekarang jika Anda tidak berhalangan?"—padahal surat lamaran yang lain (sekali lagi) masih bertumpukan; dan hanya teman saya yang buru-buru dikontak oleh sang calon atasan.

Comments